PETA merupakan pasukan perang yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang kala bercokol di bumi Indonesia. PETA dibentuk untuk tujuan menghadapi Sekutu di medan tempur selama PD II berlangsung. Anggota PETA terdiri dari orang-orang Indonesia. PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasar Osamu Seirei Nomor 44 Tahun 1943.
Dalam literatur disebutkan bahwa lahirnya PETA adalah hasil usulan dari orang Indonesia yaitu Gatot Mangkupraja, namun sejatinya hal tersebut adalah konspirasi agar seolah-olah PETA lahir atas prakarsa tokoh Indonesia. Konspirasi tersebut merupakan propaganda untuk meraih simpati rakyat Indonesia agar secara sukarela bergabung menjadi pasukan PETA.
Foto: Latihan Peta di Bogor tahun 1944 (dok.Wikipedia)
Di dalam perkembangannya, tentara PETA telah berperan besar dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Salah satu peran penting yang pernah dilakoni PETA adalah ikut andil dalam peristiwa “Rengasdengklok”. Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa yang selalu dikenang menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Ditempat ini, pada 16 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta “diculik” oleh para pemuda dengan tujuan agar terhindar dari pengaruh Jepang dan juga untuk mendesak Sang Dwitunggal untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Indonesia yang selama ini dipelajari di bangku sekolah tidak begitu membahas secara mendalam peran PETA dalam peristiwa Rengasdengklok. Mereka yang membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok selain beberapa pemuda, mereka juga adalah pasukan PETA. Sejarah yang selama ini diketahui hanya disebutkan bahwa Sang Dwitunggal hanya dibawa oleh golongan muda yang terdiri dari Sukarni, Wikana dan Chaerul Saleh saja. Padahal PETA juga memiliki andil terhadap “pengasingan sementara” (baca: Peristiwa Rengasdengklok).
Selain memberi pengamanan pada proses “Penculikan”, PETA juga memberi pengamanan terhadap lokasi Rengasdengklok Pasukan yang memberi pengamanan adalah pasukan PETA Daidan I Jakarta. Tindakan yang dilakukan PETA dimaksud untuk mengantisipasi apabila tentara Jepang mengetahui tempat dan peristiwa tersebut.
Artikel terkait: Proklamasi, dari penculikan Dwi Tunggal hingga deklarasi kemerdekaaan, baca di Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pembentukan PETA oleh Jepang memiliki dua sisi dampak yang berbeda bagi kedua Negara [Jepang dan Indonesia].
Sisi Pertama, PETA adalah “proyek” ambisius Jepang untuk membantu memenangkan perang Asia-Pasifik kala itu. Tidak dapat dipungkiri hal ini dapat dikatakan bahwa rakyat Indonesia dijadikan tameng atau pun “senjata” tambahan bagi Jepang untuk di “korbankan” dalam melawan Sekutu. Korban Jiwa dari rakyat Indonesia di medan laga pertempuran merupakan salah satu akibat adanya badan militer ini. Dari sisi ini jelas, sisi kemanusian telah menjadi korban.
Sisi Kedua, dibentuknya PETA setidaknya telah memberi kemanfaatan positif bagi dunia kemiliteran dan keprajuritan bagi rakyat Pribumi (baca: Indonesia), yang mana pendidikan semacam ini secara khusus tidak pernah didapat dari Pemerintah Kolonial Belanda. Dibentuknya PETA oleh Jepang telah membuka kesempatan rakyat Indonesia untuk memperoleh pelatihan militer secara intensif. Dalam proses perkembangan dan transformasinya, PETA telah melahirkan tokoh-tokoh penting di dunia kemiliteran tanah air misal Soeharto (kelak menjadi Presiden RI ke-2) dan Jenderal Besar Soedirman.
Tidak dapat dipungkiri bahwa, Pendidikan militer ala Jepang tersebut dalam perjalanannya telah menjadi ‘boomerang” bagi mereka sendiri dikemudian hari. Melalui pendidikan militer semisal PETA ini telah melahirkan pasukan-pasukan terlatih dari rakyat Indonesia.
Pendidikan militer yang didapatkan dari Jepang digunakan para pejuang “berjiwa Nasionalis” untuk melawan Jepang dalam rangka meraih kemerdekaan. “Boomerang” yang menimpa Jepang diakibatkan dari tak kunjung ditepatinya janji kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Bukanya merdeka yang di dapat, namun rakyat Indonesia semakin menderita.
Penderitan dan kesengsaraan yang di alami bangsa Indonesia menyebabkan timbulnya beberapa reaksi perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Selain itu, perlawanan juga timbul dari anggota PETA. Mereka juga kecewa terhadap Jepang. Kekecewaan tersebut mendorong terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh para anggota PETA untuk menyerang balik pemerintahan Jepang. Perlawanan di Blitar merupakan perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pemberontakan PETA di Blitar meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Supriyadi, seorang Komandan Pleton I Kompi III dari Batalion II Pasukan Peta di Blitar.
Dalam perkembangannya, PETA disebut-sebut merupakan cikal bakal TNI. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga akhirnya TNI. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
____________________
Sumber Rujukan:
Penderitan dan kesengsaraan yang di alami bangsa Indonesia menyebabkan timbulnya beberapa reaksi perlawanan terhadap pendudukan Jepang. Selain itu, perlawanan juga timbul dari anggota PETA. Mereka juga kecewa terhadap Jepang. Kekecewaan tersebut mendorong terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh para anggota PETA untuk menyerang balik pemerintahan Jepang. Perlawanan di Blitar merupakan perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pemberontakan PETA di Blitar meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Supriyadi, seorang Komandan Pleton I Kompi III dari Batalion II Pasukan Peta di Blitar.
Dalam perkembangannya, PETA disebut-sebut merupakan cikal bakal TNI. Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain setelah menjadi bagian penting dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga akhirnya TNI. Karena hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah satu cikal bakal dari Tentara Nasional Indonesia.
Info: Bagi anda yang ingin napak tilas sejarah kepahlawanan PETA, anda dapat berkunjung ke Museum PETA di Bogor dan Monumen Perlawanan PETA di Blitar.
Sumber Rujukan:
- Notosusanto, Nugroho.(1979).Tentara PETA Pada Jaman Pendudukan Jepang Di Indonesia. PT: Gramedia
- Klasika Kompas, edisi Jumat, 30 Agustus 2013
- Foto wikipedia.com
Post a Comment
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan Baik dan Sopan
1. Tidak diperkenankan menautkan Link Aktif di Kolom Komentar.
2. Dilarang beriklan dalam Komentar.
Komentar berkualitas dari anda sangat penting bagi kemajuan Blog kami.