Persatuan dan kesatuan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang sangat dibutuhkan dalam segala hal, termasuk dalam hal pembangunan seperti yang terus dilakukan oleh Negara kita saat ini.
Namun sedikit berbeda dengan apa yang terjadi dengan para pendahulu kita yang masih bersifat kedaerahan, sehingga rasa persatuan kala itu sangat minim. Sehingga perjuangan melawan bangsa penjajah kala itu kerap kali mengalami kegagalan.Faktor-faktor lain yaitu Adanya Politik devide et impera (politik adu domba) oleh belanda. Tergantung pada satu pemimpin dan Taraf pendidikan rakyat masih rendah.
Dahulu, nenek moyang kita tidak menerima begitu saja apabila ada bangsa lain yang ingin merebut kedaulatan tanah mereka. Di seluruh pelosok daerah dimana orang – orang Eropa yang datang dengan niat jahat atau buruk hendak menjajah, maka timbulah perlawanan hebat, baik di darat maupun di laut.
Akan tetapi, jika mereka (Orang-orang Eropa) datang dengan cara damai maka kita terima juga dengan cara damai . Sifat baik nenek moyang kita inilah yang sering dimanfaatkan penjajah kala itu untuk langkah awal agar bisa diterima masuk di wilayah nusantara.
Diantara para pemimpin kerajaan-kerajaan Indonesia kuno itu sendiri terdapat persaingan, pertentangan bahkan perpecahan. Kaum pendatang yang hendak berniat menjajah memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati pihak yang bertentangan, bahkan jika perlu memperbesar konflik atau pertentangan tersebut.
Fakta yang sering dilakukan para penjajah jika ada dua pihak bertentangan, maka seakan-akan membantu salah satu pihak untuk menundukkan lawannya, kemudian meminta imbalan kepada pihak yang dibantunya itu.
Pemberian imbalan dikukuhkan dengan rangkaian perjanjian atau traktat. Yang paling ahli dalam politik adu domba semacam ini adalah orang Belanda.
Sebagian tanah air kita dapat dikuasai oleh Belanda melalui politik pecah belah ini (Adu Domba/devide it impera). Dengan demikian orang Indonesia sendiri yang berkelahi, tetapi justru orang Belanda-lah yang mendapatkan hasilnya "Keuntungan".
Perjuangan sengit pahlawan-pahlawan kita yang gagah berani menentang Belanda banyak menelan korban, baik dari pihak musuh atau pihak rakyat kita sendiri. Hampir seluruh perlawanan ini akhirnya dapat dikalahkan oleh Belanda secara militer. Sebab kala itu kita tidak bersatu melawan Belanda, dan teknik persenjataan Belanda lebih unggul.
Bahkan keadaan ini sering kali diperparah dengan orang-orang Indonesia sendiri yang bersekutu dengan Belanda untuk memerangi bangsanya sendiri. Hal ini dilakukan oleh para pembelot demi mendapat keuntungan pribadi dari pihak Belanda.
Celoteh: Untuk konteks kekinian mari kita teguhkan tekad untuk terus bersatu dari sabang sampai merauke. Karena kita saat ini sedang dihadapkan pada penjajahan bentuk baru. Jangan sampai bangsa kita jatuh ke tangan penjajah untuk kesekian kalinya.(Jt)
Demikian artikel berjudul Kegagalan Perjuangan.
Semoga bermanfaat~
5 Comments
akur deh, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh...
ReplyDeletemengingatkan kembali masa lampau... ( sejarah kita )
ReplyDeleteMari kita teguhkan persatuan utk indonesia.
ReplyDeletetrmksh kpd Mas Muro'i & Mas Andik telah mampir di Blog sederhana ini. ditunggu kunjungannya lagi
Contoh kegagalannya gimana?
ReplyDeleteuntuk Anonymous
ReplyDeleteContoh kegagalan yang dimaksud artikel diatas kami rasa cukup jelas.
Dalam Suatu perlawanan pasti yang dikehendaki adalah suatu kemenangan,
Namun hal itu sulit didapatkan oleh rakyat Nusantara
kala menghadapi penjajah pada saat itu (Gagal).
Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan,
salah satunya dikarenakan perjuangan masih bersifat kelompok/kedaerahan
belum ada kesadaran Nasional sebagai suatu bangsa.
Misal : Perang jagaraga di Bali
Perlawanan Sultan Hasanuddin
[Kesemuanya dapat dipadamkan oleh Penjajah (belanda) ]
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan Baik dan Sopan
1. Tidak diperkenankan menautkan Link Aktif di Kolom Komentar.
2. Dilarang beriklan dalam Komentar.
Komentar berkualitas dari anda sangat penting bagi kemajuan Blog kami.